STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF



STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Strategi Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui riset ilmiah diberbagai negara di dunia, sehingga sitematikanya dapat diterapkan disemua tingkat pendidikan dan di semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetuan Alam (Biologi). Strategi pembelajaran kooperatif telah dikembangkan dalam berbagai tipe variasi, di antaranya adalah Think-Pair-Share, Students Teams Achievement Devition, Teams Games-Turnament, Jigsaw, dan sebagainya. Tipe pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda tetapi semuanya masih dalam konsep regular dari pembelajaran kooperatif. Misalnya, Think-Pair-Share memiliki penekanan terhadap pengembangan kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Sedangkan Teams Games-Tournament menekankan pada tanggung jawab individu dalam berkonstribusi terhadap kesuksesan kelompok dalam suasana kompetitif.

Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock (2008), ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif.
Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008) mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur penyusun tubuh manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang diperoleh bukanlah perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik sebagai sebab masuknya kesan-kesan baru.
Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam pemrosesan informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan membentuk jalur majemuk yang pada gilirannya membentuk daerah atau komunitas korteks. Setiap modul memiliki rancangan genetic khusus yang menjadikannya ahli dalam satu aena interaksi dengan dunia. Beberapa sirkuit memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan, warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini memproses informasi secara khusus, maka disebut sebagai sistem pembelajaran (Given, 2007). Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif.
Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap untuk belajar. Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.
Menurut Given (2007), sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan akademis lainny. Sistem kognitif mengandalkan input sensoris, dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem memori secara memadai untuk mengontsruksi pengetahuan dan kecakapan. Perhatian pada sistem kognitif menempatkan guru pada peran fasilitator pembelajaran dan siswa pada peran pemecah masalah dan pengambil keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi paling baik jika sistem lain yakni emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak bersaing dalam menarik perhatian. Jika sistem emosional dan sosial tertekan, sistem kognitif kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada upaya mengatasi masalah dan membuat keputusan akademis. Dengan demikian, memperoleh kecakapan dan pengetahuan menjadi prioritas kedua dan ketiga dalam sistem operasi majemuk pikiran.
Pembelajaran juga sangat tergantung pada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Meskipun sebagian siswa menghindari pembelajaran tactual dan kinestetik, namun siswa lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan. Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademik yang menantang yang mirip olah raga, dan perlu terlibat aktif karena sistem ini tidak bisa memproses informasi secara pasif. Sedangkan sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi kemajuan siswa bisa menjadi petunjuk tentang sistem dan subsistem pembelajaran yang paling efektif untuk anak tertentu. untuk mengoptimalkan perkembangan sistem pembelajaran reflektif, otak perlu mendapatkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis kinerja. Disinilah peran guru dalam bertindak sebagai pencari bakat yang mengenali kelebihan siswa, kemudian membimbing dan memupuk kelebihan itu menjadi bakat nyata.
Aspek penting lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif di kelas adalah guru. Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik kandungan materi yang diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya belajar yang disukai masing-masing. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan  kolaboratif yang proporsional.
Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya.  Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas.
K

IMPLEMENTASI PROSES PEMBEJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT)
PADA POKOK BAHASAN KESEIMBANGAN KIMIA

STANDAR KOMPETENSI/
KOMPETENSI DASAR




PERTEMUAN
I
INDIKATOR
KEGATAN PEMBELAJARAN
FASA

KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA

Me3.   Mahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari


3.13.3 Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan
1.     Kesetimbangan dinamis
2.     Keseimbangan homogen
3.     keseimbangan heterogen
4.     Menentukan tetapan kesesimbanagan
5.     Pergeseran kesetimbangan

·       Guru menjelaskan tentang proses kesetimabangan dalam kehidupan sehari-hari dan reaksi yang terjadi
·       Guru menjelaskan tentang faktor yang dapat mempengaruhi arah pergeseran setibangan
·       Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang proses kesetimabangan dinamis dan tentang pergeseran kesetibangan tersebut
·  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi kestimabanagn dinamis dan perggeseran kesetimbangan
· Siswa bertanya tentang hal yang tidak mereka mengerti mengenai materi kesetimabngan dinamis kepada guru dan juga cara meramalkan arah pergeseran kesetimbangan.

Penjelasan materi




·       Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif yang terdiri dari 4-6
·       Guru membagikan LKS pada siswa
·       Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

· Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing
· Setiap Siswa Mendapatkan LKS
·  Siswa mengisi LKS dan mendiskusikannya antar anggota dalam satu kelompok sampai semua anggota kelompok mengetahui
 dan mengerti jawaban LKS,
·   Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi menjadi tutor bagi anggota kelompok lainnya
Belajar dalam kelompok




·    Guru memanggil secara spontan salah satu nomor kepala misalnya nomor kepala 1.
·      Guru memerintahkan seluruh siswa yang mempunyai nomor kepala 1 dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal quiz
·      Guru menilai hasil kerja siswa. Siswa yang menjawab benar dan paling cepat mendapat point paling besar

·       Siswa dengan nomor kepala 1 maju ke depan kelas
·       Seluruh siswa dengan nomor kepala 1 maju untuk mengerjakan soal quiz
·       Siswa menjawab quiz dengan cermat dan tepat

Penilaian





·    Guru menghitung skor kelompok dari penjumlahan skor individu yang didapat pada saat mengerjakan quiz dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi berupa mengumumkan ke depan kelas kelompok yang menang dan memberikan hadiah
·       Siswa menunggu hasil pertandingan yang telah dilaksanakan dan siswa yang menang menerima hadiah dari guru

Penghargaan



3.1.
PERTEMUAN
     II
2.         3.  Hubunagn kuantitatif antara pereaksi dari reaksi kesetimbangan




·    Guru menjelaskan tentang harga tetapan keseimbangan (Kc), keseimbangan parsial (Kp) dan keseimbangan disosiasi
·    Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang menghitung harga Kc, Kp dan keseimbangan disosiasi
·       Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi tetapan keseimbangan 
·       Siswa bertanya tentang hal yang tidak mereka mengerti mengenai materi tetapan keseimbangan dan materi terkait lainnya kepada guru

Penjelasan materi



·  Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif yang terdiri dari 4-6
·  Guru membagikan LKS pada siswa
·  Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

·       Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing
·       Setiap Siswa Mendapatkan LKS
·       Siswa mengisi LKS dan mendiskusikannya antar anggota dalam satu kelompok sampai semua anggota kelompok mengetahui
    dan mengerti jawaban LKS,
·           Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi menjadi tutor bagi anggota kelompok lainnya

Belajar dalam kelompok




·    Guru menghitung skor kelompok dari penjumlahan skor individu yang didapat pada saat mengerjakan quiz dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi berupa mengumumkan ke depan kelas kelompok yang menang dan memberikan hadiah

·       Siswa menunggu hasil pertandingan yang telah dilaksanakan dan siswa yang menang menerima hadiah dari guru

Penghargaan



Strategi Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah strategi pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan melalui riset ilmiah diberbagai negara di dunia, sehingga sitematikanya dapat diterapkan disemua tingkat pendidikan dan di semua mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetuan Alam (Biologi). Strategi pembelajaran kooperatif telah dikembangkan dalam berbagai tipe variasi, di antaranya adalah Think-Pair-Share, Students Teams Achievement Devition, Teams Games-Turnament, Jigsaw, dan sebagainya. Tipe pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda tetapi semuanya masih dalam konsep regular dari pembelajaran kooperatif. Misalnya, Think-Pair-Share memiliki penekanan terhadap pengembangan kemampuan siswa menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Sedangkan Teams Games-Tournament menekankan pada tanggung jawab individu dalam berkonstribusi terhadap kesuksesan kelompok dalam suasana kompetitif.

Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock (2008), ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif.
Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008) mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur penyusun tubuh manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang diperoleh bukanlah perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik sebagai sebab masuknya kesan-kesan baru.
Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam pemrosesan informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan membentuk jalur majemuk yang pada gilirannya membentuk daerah atau komunitas korteks. Setiap modul memiliki rancangan genetic khusus yang menjadikannya ahli dalam satu aena interaksi dengan dunia. Beberapa sirkuit memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan, warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini memproses informasi secara khusus, maka disebut sebagai sistem pembelajaran (Given, 2007). Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif.
Menurut Given (2007), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap untuk belajar. Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.
Menurut Given (2007), sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan akademis lainny. Sistem kognitif mengandalkan input sensoris, dan berfungsinya perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem memori secara memadai untuk mengontsruksi pengetahuan dan kecakapan. Perhatian pada sistem kognitif menempatkan guru pada peran fasilitator pembelajaran dan siswa pada peran pemecah masalah dan pengambil keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi paling baik jika sistem lain yakni emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak bersaing dalam menarik perhatian. Jika sistem emosional dan sosial tertekan, sistem kognitif kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada upaya mengatasi masalah dan membuat keputusan akademis. Dengan demikian, memperoleh kecakapan dan pengetahuan menjadi prioritas kedua dan ketiga dalam sistem operasi majemuk pikiran.
Pembelajaran juga sangat tergantung pada kebutuhan sistem pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Meskipun sebagian siswa menghindari pembelajaran tactual dan kinestetik, namun siswa lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika modalitas ini dilibatkan. Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademik yang menantang yang mirip olah raga, dan perlu terlibat aktif karena sistem ini tidak bisa memproses informasi secara pasif. Sedangkan sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi kemajuan siswa bisa menjadi petunjuk tentang sistem dan subsistem pembelajaran yang paling efektif untuk anak tertentu. untuk mengoptimalkan perkembangan sistem pembelajaran reflektif, otak perlu mendapatkan instruksi eksplisit dalam pemantauan diri dan analisis kinerja. Disinilah peran guru dalam bertindak sebagai pencari bakat yang mengenali kelebihan siswa, kemudian membimbing dan memupuk kelebihan itu menjadi bakat nyata.
Aspek penting lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif di kelas adalah guru. Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik kandungan materi yang diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya belajar yang disukai masing-masing. Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan  kolaboratif yang proporsional.
Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya.  Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas.
K


IMPLEMENTASI PROSES PEMBEJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT)
PADA POKOK BAHASAN KESEIMBANGAN KIMIA

STANDAR KOMPETENSI/
KOMPETENSI DASAR




PERTEMUAN
I
INDIKATOR
KEGATAN PEMBELAJARAN
FASA

KEGIATAN GURU
KEGIATAN SISWA

Me3.   Mahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari


3.13.3 Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah keseimbangan dengan melakukan percobaan
1.     Kesetimbangan dinamis
2.     Keseimbangan homogen
3.     keseimbangan heterogen
4.     Menentukan tetapan kesesimbanagan
5.     Pergeseran kesetimbangan

·       Guru menjelaskan tentang proses kesetimabangan dalam kehidupan sehari-hari dan reaksi yang terjadi
·       Guru menjelaskan tentang faktor yang dapat mempengaruhi arah pergeseran setibangan
·       Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang proses kesetimabangan dinamis dan tentang pergeseran kesetibangan tersebut
·  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi kestimabanagn dinamis dan perggeseran kesetimbangan
· Siswa bertanya tentang hal yang tidak mereka mengerti mengenai materi kesetimabngan dinamis kepada guru dan juga cara meramalkan arah pergeseran kesetimbangan.

Penjelasan materi




·       Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif yang terdiri dari 4-6
·       Guru membagikan LKS pada siswa
·       Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

· Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing
· Setiap Siswa Mendapatkan LKS
·  Siswa mengisi LKS dan mendiskusikannya antar anggota dalam satu kelompok sampai semua anggota kelompok mengetahui
 dan mengerti jawaban LKS,
·   Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi menjadi tutor bagi anggota kelompok lainnya
Belajar dalam kelompok




·    Guru memanggil secara spontan salah satu nomor kepala misalnya nomor kepala 1.
·      Guru memerintahkan seluruh siswa yang mempunyai nomor kepala 1 dari setiap kelompok maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal quiz
·      Guru menilai hasil kerja siswa. Siswa yang menjawab benar dan paling cepat mendapat point paling besar

·       Siswa dengan nomor kepala 1 maju ke depan kelas
·       Seluruh siswa dengan nomor kepala 1 maju untuk mengerjakan soal quiz
·       Siswa menjawab quiz dengan cermat dan tepat

Penilaian





·    Guru menghitung skor kelompok dari penjumlahan skor individu yang didapat pada saat mengerjakan quiz dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi berupa mengumumkan ke depan kelas kelompok yang menang dan memberikan hadiah
·       Siswa menunggu hasil pertandingan yang telah dilaksanakan dan siswa yang menang menerima hadiah dari guru

Penghargaan



3.1.
PERTEMUAN
     II
2.         3.  Hubunagn kuantitatif antara pereaksi dari reaksi kesetimbangan




·    Guru menjelaskan tentang harga tetapan keseimbangan (Kc), keseimbangan parsial (Kp) dan keseimbangan disosiasi
·    Guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa untuk bertanya tentang menghitung harga Kc, Kp dan keseimbangan disosiasi
·       Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi tetapan keseimbangan 
·       Siswa bertanya tentang hal yang tidak mereka mengerti mengenai materi tetapan keseimbangan dan materi terkait lainnya kepada guru

Penjelasan materi



·  Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kooperatif yang terdiri dari 4-6
·  Guru membagikan LKS pada siswa
·  Guru membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

·       Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing
·       Setiap Siswa Mendapatkan LKS
·       Siswa mengisi LKS dan mendiskusikannya antar anggota dalam satu kelompok sampai semua anggota kelompok mengetahui
    dan mengerti jawaban LKS,
·           Siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi menjadi tutor bagi anggota kelompok lainnya

Belajar dalam kelompok




·    Guru menghitung skor kelompok dari penjumlahan skor individu yang didapat pada saat mengerjakan quiz dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi berupa mengumumkan ke depan kelas kelompok yang menang dan memberikan hadiah

·       Siswa menunggu hasil pertandingan yang telah dilaksanakan dan siswa yang menang menerima hadiah dari guru

Penghargaan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi Mengelola Laboratorium Kimia

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA DI SMA

RPP Hukum Dasar Kimia