Strategi Mengelola Laboratorium Kimia
BAB
I
PENDAHULUAN
Suatu sekolah yang
mengajarkan Ilmu pengetahuan Alam hendaknya mempunyai laboratorium. Karena
dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar mendengarkan keterangan
guru dari pelajaran yang diberikan, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri
untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya. Karena
sifat kegiatan dari pelajaran IPA ini, diperlukan ruangan khusus, ialah
laboratorium. Dengan laboratorium diharapkan pengajaran IPA dapat
dilaksanakan menurut yang seharusnya.
Laboratorium
kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang digunakan untuk
meningkatkan keterampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia maupun peralatan
analisis (instrumentasi). Dalam penggunaan lanjut, laboratorium merupakan
sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Laboratorium kimia dengan
segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi
menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak
dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Bahan
kimia yang sering kita gunakan di laboratorium jika tidak dikelola dengan baik
maka dapat menyebabkan hal yang fatal, walaupun terkadang tidak secara
langsung. Dalam pengelolaan laboratorium terdapat aspek yang harus diperhatikan
yaitu mengenai inventarisasi laboratorium serta cara penyimpanan bahan kimia
yang agar memenuhi standar.
Penyimpanan
bahan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik bahan kimia.
Berikut ini akan dibahas mengenai cara penyimpanan bahan kimia yang memenuhi
standar sehingga tercipta kinerja yang maksimal didalam laboratorium.
Dalam rangka meningkatkan efesiensi
dan efektifitas laboratorium harus dikelola dan di manfaatkan dengan baik.
Sebagus dan selengkap apapun suatu laboratorium tidak akan berarti apa-apa bila
tidak di tunjang oleh manajemen yang baik. Kegiatan laboratorium akan
memberikan peran yang sangat besar terutama dalam 1) Membangun pemahaman
konsep; 2) Verifiasi (pembuktian) kebenaran konsep; 3) menumbuhkan keterampilan
proses (keterampilan dasar dalam kerja ilmiah) serta efektif siswa; 4)
Menumbuhkan “ rasa suka” dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari; 5)
melatih kemampuan psikomotorik, dengan melihat begitu banyak manfaat yang di
dapat dari kegiatan laboratorium/ praktikum, sehingga pemanfaatan laboratorium
sangatlah diperlukan.
BAB
II
PEMBEHASAN
1) Pengertian Praktik Laboratorium
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat
riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium
biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut
secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin
ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium Biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa.
Salah satu keunikan yang terdapat dalam pelajaran sains dibanding
pelajaran lain di sekolah adalah praktik laboratorium. Lalu apa yang dimaksud
dengan praktek laboratorium? Secara sederhana ini adalah kegiatan praktek dan
eksperimen yang melibatkan guru dan murid serta bahan pembelajaran seperti
prosedur percobaan dan pemakaian alat dan bahan, yang biasanya dilakukan di
laboratorium sains.
2)
Pengelolaan
Laboratorium dan Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium
1. Pengelolaan Laboratorium
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan
sumber dayasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang
diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber
daya.Henri Fayol (1996: 86) menyatakan bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan
berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan,
pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian.
Sementara Luther M. Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang
penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian
bimbingan,pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Dalam pengelolaan
laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut:
a) Perencanaa.
b) Penataan
c) Pengadministrasian
d) Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola
dan pengguna,fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen
biologi,bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang
menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium
merupakan tanggung jawabbersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena
itu, setiap orangyang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil
untukmengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengaturdan
memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalutetap berfungsi
sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjagakeselamatan kerja mencakupusaha
untuk selalu mencegah kemungkinanterjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di
laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan.Para pengelola
laboratorium hendaknya memiliki pemahaman danketerampilan kerja di
laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggungjawabnya, dan mengikuti
peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah umumnya sebagai berikut:
1) .Kepala Sekolah
2) Wakil Kepala Sekolah
3) Koordinator Laboratorium
4) Penanggung jawab Laboratorium
5) Laboran
Aspek pengelolaan terdiri dari:
a. Perencanaan
yaitu sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis tentang kegiatan
yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan
efisien.
b. Penataan
pada dasarnya semua peralatan di sekolah dan merupakan milik negara/milik
yayasan, sekolah hanya mengelola
c. Peralatan
itu harus dipertanggung-jawabkan harus dilengkapi dengan dokumen pendukungnya
(ada berita acara serah terima alat, hari/tanggal, spesifikasi alat/bahan,
jumlah).
Agar semua alat dan bahan mudah
dideteksi dengan prinsip
1.
mudah dilihat
2.
mudah dijangkau
3.
aman untuk alat
4.
aman untuk pemakai
Penataan dan inventarisasi alat
didasarkan pada:
a) Keadaan
laboratorium, yang ditentukan oleh:
·
Fasilitas seperti : ada tidaknya ruang persiapan, ruang penyimpanan
·
Keadaan alat seperti : jenis alat, jenis
bahan pembuat alat, seberapa sering alat tersebut digunakan, termasuk alat
mahal atau tidak,
·
Keadaan bahan seperti: wujud (padat,
cair, gas), sifat bahan (asam/basa) seberapa bahaya bahan tersebut dan seberapa
sering digunakan.
b) Kepentingan
pemakai ditentukan oleh:
·
Kemudahan di cari atau digapai
Untuk
memudahkan mencari letak masing–masing alat dan bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak atau laci).
·
Keamanan dalam penyimpanan dan
pengambilan
Alat
disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang mudah
dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada lemari
terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan bahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
alat:
a) bahan dasar pembuat
alat (kaca, logam atau kayu)
b) bobot alat
c) kepekaan alat
terhadap lingkungan
d) pengaruh alat yang lain
e) kelengkapan
perangkat alat dalam satu set.
3)
Inventarisasi
alat yaitu pencatatan seluruh barang-barang yang ada didalam laboratorium.
Dengan
adanya inventarisasi yang tepat, semua fasilitas dan activitas laboratoriun
dapat terorganisir.
Nilai postif yang dapat
diperoleh jika ada inventarisasi laboratorium, antara lain:
1.
Memudahkan penggadaan dan pengecek bahan dan alat.
2. Mengefisiensikan
pengguna budget.
3. Memperlancar
pelaksanaan praktikum.
4. Memudahkan membuat
laporan pertanggung- jawaban.
Untuk mengetahui
tentang keadaan dan keberadaan alat/bahan maka diperlukan perangkat seperti:
·
Buku inventaris.
·
Buku/kartu stock alat/bahan.
·
Buku/kartu daftar alat rusak/bahan
habis.
·
Buku daftar usulan penggadaan
·
Alat/bahan (apakah dengan cara dibeli
sendiri atau dropping dari pemerintah).
·
Buku daftar peminjam alat.
Selain itu, strategi pengelolaan
laboratorium sain terdiri dari:
a)
Pemberian Klasifikasi dan Kode
Barang Inventaris
Tujuan dan pemberian
klasifikasi dan kode barang inventaris adalah untuk memudahkan mengontrol
keadaan barang. untuk barang pada umumnya diberi kode dalam bentuk angka
numerik yang tersusun menurut pola tertentu.
b)
Pengelolaan Laboratorium yang
Optimal
Yang dimaksud dengan optimasi ruangan adalah suatu usaha untuk mengoptimasikan
pemakaian ruangan sehingga bengkel tersebut secara optimal memberikan faedah
dan penunjang pencapaian tujuan ruangan
Berbagai
ruangan / laboratorium pendidikan yang befungsi sebagai tempat pelatihan siswa
dan bertujuan untuk memberikan keterampilan kejuruan pada siswa, tentu saja
laboratorium yang optimum penggunaannya akan memberikan faedah yang
sebesar-besarnya kepada siswa yaitu memberikan ketrampilan kejuruan yang
handal.
c)
Karakteristik Ruangan yang Dikelola
dengan Baik
Karakteristik ruangan
yang dikelola dengan baik yaitu:
·
Efektif yaitu peralatan mendukung
peningkatan kualitas proses pembelajaran
·
Efisien yaitu setting peralatan tidak
menyia-nyiakan energi, biaya.
·
Sehat dan aman yaitu penerangan,
ventilasi, sanitasi, air bersih, keselamatan kerja dan lingkungan semua
memenuhi persyaratan.
·
Peralatan / fasilitas selalu siap pakai
dan aman yaitu semua peralatan/fasiltias terhindar dari kerusakan, kemacetan
dan terlindung dari kehilangan.
·
Seluruh aktivitas laboratorium mudah
dikontrol yaitu dengan adanya administrasi yang baik, visualisasi informasi
yang jelas dan program yang jelas.
·
Memenuhi kebutuhan psikologis
yaitu secara visual menarik dan menyenangkan, iklim kerja yang baik dan
kesejahteraan lahir batin yang memadai.
Ciri-ciri ruangan/laboratorium yang
optimal penggunaannya adalah :
·
Efisiensi pemakaian ruangan berkisar
antara 60% – 80%.
·
Program kerja ruangan terlaksana secara
tuntas.
·
Pengelola dan staf ruangan/laboratorium
mendapat kepuasan yang optimal.
Untuk mencapai optimalisasi
laboratorium, yang dapat dilakukan yaitu :
·
Penyusunan Jadwal Pemakaian laboratorium
·
Penyusunan Daftar Pembagian Tugas
·
Tata Letak Peralatan Yang Efisien
·
Pemeliharaan Yang Efektif
d)
Administrasi Inventaris di
Laboratorium
Administrasi inventaris
di laboratorium yaitu:
·
Inventaris adalah suatu kegiatan dan
usaha untuk menyediakan rekaman tentang keadaan semua fasilitas, barang-barang
yang dimiliki sekolah.
·
Dengan kegiatan invetarisasi yang
memadai akan dapat diperoleh pedoman untuk mempersiapkan anggaran atau
mempersiapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
·
Catatan inventaris yang baik akan
mempermudah pergantian tanggung jawab dari pengelola yang satu ke yang lainnya
dan mempermudah untuk mengetahui dimana suatu peralatan akan ditempatkan.
Dengan demikian akan mempermudahkan pengontrolan, seperti terhadap kehilangan
yang disebabkan oleh kecerobohan atau kecurian.
·
Menyelenggarakan inventarisasi terhadap
fasilitas dan peralatan yang dimiliki adalah kewajiban bagi pihak yang
bersangkutan. Sistem dan pelaksanaan inventarisasi harus mengikuti
peraturan atau petunjuk yang berlakut.
e)
Pengamanan dan pengawasan
Dalam pembelajaran,
untuk memonitor aktifitas siswa kita harus berkeliling melihat monitor mereka,
apa saja yang sedang mereka lakukan.
a. Untuk
mempermudah kegiatan pengamanan di laboratorium sekolah, bisa digunakan
beberapa software seperti dibawah ini:
b. Untuk melindungi dari bahaya virus, kita bisa
menggunakan :
·
Router Mikrotik Firewall yaitu sistem
keamanan yang menggunakan device atau sistem yang diletakkan di dua jaringan
dengan fungsi utama melakukan filtering terhadap akses yang akan masuk.
·
Filtering menggunakan DNS Nawala
·
DNS Nawala merupakan layanan gratis yang
bebas digunakan pengguna internet yang membutuhkan saringan konten negatif dan
berbau pornografi. Selain itu, DNS Nawala juga akan memblokir situs yang
mengandung konten berbahaya, seperti malware, phising (penyesatan) dan
sejensmya.
·
Hampir semua OS yang umum digunakan
(Windows, Mac, Linux) dapat menggunakan ini.
4)
Strategi Penyimpanan Zat Kimia
Bahan kimia yang
biasanya dipakai dalam laboratorium harus disimpan sesuai dengan yang diperoleh
dari produsen, agar informasi tentang zat tersebut masih tetap ada. Biasanya
pada sampul bagian luar kemasan zat terdapat label kemasan yang memuat
informasi berharga terkait dengan karakteristik zat tersebut, seperti wujud,
sifat, akibat jika terkontaminasi. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah
digunakan pelabelan yang sama.
Upaya melindungi label
dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat baik maka haruslah
dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat jelas dan
ditulis dengan pencil atau tinta yang permanen. Wadah yang memuat zat kimia
harus tersbuat dari bahan yang kuat dan harus diperiksa secara rutin keadaan
zat tersebut. Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode
tertentu,
minimal satu kali setahun. Bahan kimia
yang mungkin melepaskan racun, bersifat korosif atau gas-gas yang mudah
terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya dalam jumlah kecil di lemari asam.
Perawatan
dan penangananan bahan kimia dimaksudkan agar bahan kimia dilaboratorium
tertata dengan baik, teratur dalam penyimpanannya sehingga bahan kimia siap
pakai dan aman. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam
cara perawatan dan penanganannya.
A. Penyimpanan
Bahan Kimia
Ada beberapa panduan
dalam penyimpanan bahan kimia, diantaranya adalah sebagai berikut.
·
Menyediakan tempat khusus untuk
penyimpanan bahan serta mengembalikan bahan yang sudah digunakan pada tempat
semula.
·
Menghindari penyimapanan bahan di atas
bangku atau di atas lemari
·
Membuat label pada wadah tempat
penampungan bahan kimia
·
Menyimpan bahan kimia berdagltsarkan
abjad serta karakteristiknya, seperti bahan yang mudah menguap, mengakibatkan
korosi, teroksidasi dan lain sebagainya
·
Bertanggung jawab untuk fasilitas
penyimpanan dan diperiksa paling tidak 1 kali dalam setahun.
Dari prinsip umum
diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan kimia harus disimpan
berdasarkan karakteristiknya. Berikut ini akan diperikan penjelasan mengenai
cara penyimpanan berdasarkan karakteristik bahan kimia.
1. Bahan
yang mudah meledak (eksplosif)
Bahan
kimia mudah meledak apabila bahan tersebut bereaksi menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi yang mengakibatkan
kerusakan pada lingkungan. Selain faktor tersebut juga ada factor yang
menyebabkan bahan kimia tersebut mudah meledak, yaitu interaksi beberapa bahan
kimia, seperti logam Na atau K dengan air.
Gambar 1. Lambang bahan
kimia mudah meledak
Adapun
syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang mudah meledak/eksplosif:
·
Ruangan dingin
dan berventilasi
·
Jauhkan dari
panas dan api
·
Hindarkan dari gesekan
atau tumbukan mekanis
2 Bahan yang mudah terbakar
Bahan
mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan
kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan ledakan.
Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 °C
dan < 55 °C
pada tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik
nyala < 21 °C
dan titik didih > 20 °C
pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih <
20 °C
pada tekanan 1 atm.
Gambar
2. Lambang bahan kimia yang mudah terbakar
Bahan kimia yang mudah
terbakar dapat berupa wujud padat seperti belerang
(sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas; cair seperti benzene,
etanol, naftalena; dan juga berupa gas seperti gas alam, hydrogen, asetilen dan
etilen oksida. Penyimpanan bagi bahan/zat kimia yang mudah terbakar dapat
dilakukan dengan tempat yang :
·
Bertemperatur
dingin dan berventilasi
·
Jauh dari sumber
api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
·
Tersedia alat pemadam
kebakaran
3. Bahan
beracun
Gambar 3. Lambang bahan
kimia yang beracun
Bahan
kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan
keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-zat toksik
masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu. Berikut contoh bahan kimia beracun dan akibat yang
ditimbulkan apabila terkontaminasi.
Jenis Zat Beracun
|
Jenis Bahan
|
Akibat Keracunan dan Gangguan
|
Logam
metaloid
|
Pb
(TEL, PbNO3); Hg; Cadmium; Krom (Cr); Arsen (As); Fospor
|
Syaraf,
ginjal, darah, hati, kanker, iritasi
|
Bahan
pelarut
|
Hidrokarbon
alifatik, hidrokarbon terhalogenasi
|
Pusing,
koma, hati, ginjal, syaraf pusat, leukemia
|
Gas-gas
beracun
|
Aspiksian
sederhana, aspiksian kimia, karbon monoksida, nitrogen monoksida
|
Sesak
nafas, pusing, kejang, hilang kesadaran, iritan, kematian
|
Karsinogen
|
Benzene,
krom, vinil klorida
|
Leukemia,
paru-paru
|
Pestisida
|
Organoklorin,
organofosfat
|
Pusing,
kejang, hilang kesadara, kematian
|
Syarat
penyimpanan bahan kimia beracun
·
Ruangan dingin
dan berventilasi
·
Jauh dari bahaya
kebakaran
·
Dipisahkan dari
bahan-bahan yang mungkin bereaksi
·
Kran dari
saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
·
Disediakan alat
pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
4. Bahan
korosif
Bahan/zat
kimia yang bersifat korosif dapat merusak kemasan/wadah dan bereaksi dengan
zat-zat beracun Bahan/zat kimia korosif antara lain adalah asam sulfat (H2S04),
asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH),
kalsium hidroksida (Ca(OH)2),
dan gas belerang dioksida (SO2).
Gambar 4. Lambang bahan
kimia yang bersifat korosif
Syarat penyimpanan:
·
Ruangan dingin
dan berventilasi
·
Wadah tertutup
dan berlabel
·
Dipisahkan dari zat-zat
beracun
5. Bahan
kimia iritan
Gambar
5. Lambang bahan kimia iritan
Bahan
iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau
peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab
seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada umumnya adalah
bahan korosif. Syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang bersifat iritan:
·
Ruangan dingin
dan berventilasi
·
Wadah tertutup
dan berlabel
·
Dipisahkan dari zat-zat
beracun
6. Bahan
kimia reaktif terhadap air
Gambar 6.
Lambang bahan kimia yang reaktif terhadap air
Bahan
reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan
gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara
eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun
bahan-bahan kimia tersebut adalah:
·
Alkali (Na, K)
dan alkali tanah (Ca)
·
Logam halida
anhidrat (alumunium tribromida)
·
Logam oksida
anhidrat (CaO)
·
Oksida non-logam
halida (sulfuril klorida)
·
Karbit
·
Nitrida
Syarat penyimpanan
bahan kimia yang reakti terhadap air:
·
Temperatur ruangan
dingin, kering, dan berventilasi
·
Jauh
dari sumber nyala api atau panas
·
Bangunan kedap
air
·
Disediakan pemadam
kebakaran tanpa air (CO2, dry
powder)
7. Bahan
reaktif terhadap asam
Bahan/zat
kimia reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif terhadap air di
atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan-bahan lain, yaitu:
·
Kalium
klorat/perklorat (KClO3)
·
Kalium
permanganat (KMnO4)
·
Asam kromat (H2Cr2O3)
Syarat penyimpanan bagi
bahan yang reaktif terhadap asam :
·
Ruangan dingin
dan berventilasi
·
Jauhkan
dari sumber api, panas, dan asam
·
Ruangan
penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-kantong
hydrogen
·
Disediakan
alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja
5) Perawatan
Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia dalam
hal perawatannya digolongkan menurut keadaan fasenya yaitu : padatan, larutan
atau gas.
1. Padatan
biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan padatan biasa
yang tidak higroskopis dan tidak menyublim dapat dilakukan dengan menyimpan zat
ini di dalam botol bermulut lebar yang bertutup baik. Usahakan etiketnya atau
labelnya tidak mudah lepas dan hurupnya tidak mudah luntur atau menguap. Debu pada
botol sebaiknya dilap. Pengambilan zat harus menggunakan sendok/spatula.
Hindarkanlah kemungkinan masuknya debu, air maupun uap.
2. Padatan
higroskopis
Perawatan padatan
higroskopis dilakukan dengan menyimpannya dalam kaleng
tertutup atau tempat lain yang tertutup
rapat. Sumbatnya diselimuti lagi dengan plastik dan diikat erat-erat. Contoh
zat ini adalah NaOH dan KSCN.
3. Padatan
mudah menguap atau menyublim
Perawatan Padatan mudah
menguap atau menyublim dilakukan dengan menyimpan zat ini di dalam botol gelas
atau plastik dengan tutup yang rapat dan tidak terlalu penuh. Sisa ruangan
kosong kira-kira ¼ nya untuk kemudahan menyublim. Contoh zat yang termasuk
golongan ini adalah : Iodium, ammonium karbonat dan kamfer.
4. Padatan
yang peka cahaya
Perawatan untuk padatan
yang peka cahaya dilakukan dengan menyimpan zat ini
di dalam botol gelap atau botol yang
tidak tembus cahaya. Contoh yang termasuk zat ini adalah : perak nitrat dan
kalium permanganat.
5. Padatan
yang peka air
Penanganan untuk
padatan yang peka air dapat dilakukan dengan melarutkannya Dalam minyak tanah
atau kerosin. Contohnya adalah logan Na, K dan Li.
6. Padatan
peka oksigen atau udara
Penanganan zat ini
dilakukan dengan merendamnya di dalam air yang terdapat
pada botol gelas. Jangan menggunakan
tempat dari kaleng karena mudah bocor dan bisa mengakibatkan kebakaran. Contoh
yang termasuk zat ini adalah posfor.
7. Campuran
padatan
Penyimpanan untuk
kelompok zat ini dilakukan dengan menghindari penempatan padatan ini dalam
keadaan tercampur, terutama campuran oksidator dan katalisator dengan bahan
yang mudah terbakar. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah : KClO3,
MnO2 dengan gula pasir.
8. Cairan
atau larutan biasa
Penyimpanan zat ini
dilakukan menutupnya di dalam botol yang rapat dan menghindarkan masuknya debu.
Pergunakan pipet untuk mengambil isinya bila digunakan atau dengan jalan
menuang di mana etiketnya menghadap ke dalam tangan. Contohnya adalah :
alkohol, asam asetat dan larutan garam. Isi botol tidak boleh penuh. Sisakan ¼
nya untuk berkondensasi.
9. Cairan
atau larutan mudah menguap
Penyimpanan kelompok
zat ini dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat, karena
larutan ini mudah bertambah volumenya dan kadarnya turun. Contoh yang termasuk
zat ini adalah asam sulfat.
10. Cairan
yang mudah menguap
Penyimpanan cairan yang
mudah menguap dilakukan dengan menggunakan botol yang mempunyai tutup rapat.
Sisakan ¼ botol untuk kondensasi. Jauhkan dari panas. Contoh golongan zat ini
adalah : NH4OH, HCl, CH3COOH dan alkohol.
11. Cairan
yang mudah terbakar
Penyimpanan cairan yang
mudah terbakar dapat dilakukan dengan menjauhkannya dari api atau panas. Contoh
yang termasuk kelompok zat ini adalah : eter, metanol, etanol, bensin dan
minyak tanah.
12. Gas
Penyimpanan gas
dilakukan dengan menjauhkan tabung gas dari api atau panas. Gunakan kran yang
spuyernya baik. Lebih baik ditempatkan di tempat yang dingin. Contohnya adalah
: gas He, N2, CO2.
Komentar
Posting Komentar