MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
KESETIMBANGAN KIMIA DI SMA
Hamela Sari Sitompul
Juruasan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl.Willem Iskandar Psr V Medan, Sumatra Utara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter memberikan pengaruh lebih tinggi terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Lubuk Pakam yang terdiri atas 3 kelas. Pengambilan sampel penelitian diambil secara purposif yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter dan pada kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji persyaratan data, diketahui bahwa baik data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varians yang seragam (homogen). Berdasarkan data gain ternormalisasi, besar peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter adalah 70% dan peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional adalah 54%. Besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa adalah 16%. Hasil pengujian hipotesis, diperoleh thitung > ttabel dengan menggunakan uji t pihak kanan yaitu 5,56> 1,6671 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dimana Hubungan nilai hasil belajar siswa dengan nilai karakter siswa pada model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter ada korelasi positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rhit>rtabel pada α = 0,05 dan juga dapat dilihat dari nilai karakter siswa yang tinggi dan nilai hasil belajar siswa juga tinggi. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa rendah.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, IPA, MIPA Unimed
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun. Untuk keperluan pembangunan ini, maka disamping diperlukan sumber daya modal, diperlukan juga sumber daya manusia yang berkualitas untuk keperluan pembangunan. Upaya untuk menciptakan dan meningkatkan sumber daya tersebut melalui pendidikan.
Sasaran utama pendidikan adalah memandirikan atau memberdayakan guru dan siswa semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensi siswa tersebut sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan disegala aspek kehidupan manusia. Sistem Pendidikan Nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006).
Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Kehidupan yang lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma tersebut terarah kepada kondisi kesejahteraan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat adalah kehidupan yang berkarakter. Dalam kenyataannya, kehidupan yang seharusnya lurus berkarakter itu sering kali diwarnai oleh suasana yang justru menimbulkan pertanyaan tentang implementasi prilaku yang berkarakter. Dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, disekolah dan di masyarakat; korupsi dianggap menjadi budaya; pelanggaran dan kenakalan remaja merajalela; menyontek dalam ujian dianggap wajar dan bahkan perlu dilakukan; dan lain-lain yang semuanya itu tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan berkarakter sebagaimana dikehendaki. Memperlihatkan kenyataan yang terjadi itu, prilaku berkarakter agaknya tidak cukup diwakili dengan istilah pintar, sopan atau bermoral saja. Pambangunan karakter-cerdas itu dilakukan melalui pendidikan dengan proses pembelajaran yang menanamkan dan menempatkan kaidah-kaidah atau nilai -nilai karakter dan kecerdasan sebagai satu kesatuan dalam kadar yang tinggi dan konsisten. Proses pembelajaran sebagai wujud upaya pendidikan, yang diselenggarakan oleh para pendidik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dikehendaki mengoptimalisasikan upaya pendidikan karakter. (Prayitno,2010)
Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari UAN yang telah lewat beberapa waktu lalu. Sesuai PP 19/2005, UAN adalah indikator kelulusan. Passing grade ditetapkan, tapi sarana, prasarana, dan sumber daya belum terkondisikan. Begitu hasil tidak memuaskan, segala cara dilakukan agar murid lulus, bukan dengan introspeksi. Di sisi lain, kualitas pendidikan memang sedemikian rendahnya tercermin dari nilai dan hasil belajar siswa yang masih jauh diharapkan. Dengan passing grade yang cukup rendah dibandingkan dengan Negara tetangga, masih banyak juga yang tidak lulus dan yang lebih menyedihkan lagi, standart kelulusan itu (standart kelulusan tahun 2010 adalah 5,50 permata pelajaran) dinilai masih terlalu tinggi oleh sebagian orang. (guru kimia)
Permasalahan diatas tidak terlepas dari masalah masih lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini khususnya pembelajaran kimia yang kurang mencerminkan suatu proses yang di sebut dengan belajar bermakna. Guru masih cenderung memberikan pembelajaran kimia dengan ceramah, mengajak siswa untuk membaca bahan ajar, dan menghafal konsep – konsep kimia. Kondisi seperti ini akan menyebabkan pelajaraan kimia menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran kimia akan terasa sangat sulit yang akhirnya akan berdampak pada penurunan prestasi belajar dari siswa.
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA). Mata pelajaran kimia sarat dengan konsep, dari konsep sederhana hingga konsep yang kompleks dan abstrak, sehingga diperlukan pemahaman yang benar terhadap mata pelajaran kimia tersebut. Salah satu mata pelajaran kimia di SMA adalah Kesetimbangan kimia. Mata pelajaran ini memiliki karakteristik yang sarat dengan konsep, dan perhitungan. Pembelajaran Kesetimbangan kimia umumnya dilakukan dengan metode ceramah sehingga siswa cenderung menghafal, akibatnya pelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan.
Kesetimbangan kimia adalah salah satu pokok bahasan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran karena pada pokok bahsan ini berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Untuk itu pokok bahasan kesetimbangan kimiadiharapkan sesuai bila menggunakan model pembelajaran Learning Cycle. Sehingga diharapkan siswa lebih tertarik mempelajari materi ini dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), berupa rangkaian tahap – tahap kegiatan (5 fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi – kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajaroh : 2008). Dalam proses pembelajaran learning cycle setiap fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi.
Beberapa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran siklus (Learning Cycle) telah dilakukan dan dapt memberikan hasil yang lebih baik dari pada menggunakan cara konvensional. Melizar (2006) menyatakan bahwa Penggunaan model Learning Cycle secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan termokimia sebesar 17.81%. Handoko (2010) menyatakan bahwa “Efektifitas model mengajar Learning Cycle dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit sebesar 26,56%. Himayanti (2010) menyatakan penerapan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) dalam upaya meningkatkan hasil belajar zat aditif makanan sebesar 76,1%.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ingin mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada pokok kesetimbangan kimia dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle ini, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tantang seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesetimbangan kimia di SMA.
Penelitian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan berikut ini : (1). Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran learning cycle (konvensional) pada pokok bahasan kesetimbangan kimia? (2). Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran lerning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan kesetimbangan kimia? (3). Apakah ada hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa?
Tujuan yang hendak dicapai berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini : (1). Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran learning cycle (konvensional) pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (2). Untuk mengetahui persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran lerning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (3). Untuk mengetahui adakah hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa. Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah : (1). Peneliti ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam penerapan model pembelajaran learning cycle 5 Fase pada pelajaran kimia SMA. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. (2). Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran dan menambah pemahaman siswa pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (3). Sebagai alternative dalam mengelola pembelajaran dan dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pembelajaran. (4). Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka instrument yang digunakan sebagai alat pengumpul data yaitu : Tes prestasi belajar yang diberikan setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan kesetimbangan kimia dan observasi karakter yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian berlangsung pada Minggu ke-1 Desember 2011.
Tes prestasi belajar disusun berdasarkan bentuk pilihan berganda kesetimbangan kimia yang terdapat pada buku-buku kimia kelas XI SMA. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 20 soal mencakup materi kesetimbangan kimia di kelas XI SMA. Observasi karakter siswa yang akan dinilai selama proses pembelajaran pada medel Learning Cycle sebanyak 7 nilai karakter yaitu disiplin, tanggungjawab, kepedulian, kerjasama, kejujuran, keaktifan dan ketelitian .
Setelah pemberian tes prestasi belajar dilakukan, maka hasil jawaban siswa ditarik kembali dan diperiksa untuk mendapatkan nilai keberhasilan belajar kimia atau kemampuan siswa terhadap materi kesetimbangan kimia. Hasil jawaban tes prestasi belajar dengan nilai karakter siswa dari hasil obsevasi dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan akhir.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Lubukpakam tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas dengan tiap kelas berjumlah 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif untuk mengambil kelas kontorol (yang diberi pengajaran menggunakan pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (yang diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle terintegrasi pendidikana karakter). Hal ini menjadi pertimbangan adalah roster kedua kelas untuk mata pelajaran kimia pada hari dan guru yang sama. Sampel diambil satu kelas untuk kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA-3 dan kelas XI IPA-2 untuk kelas kontrol.
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data Hasil Penelitian
1.1. Menghitung Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Sebelum kedua kelompok sampel diberikan perlakuan berbeda terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk menguji homogenitas dan normalitas serta untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal masing – masing siswa kedua kelas. Selanjutnya dilakukan pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle Terintegrasi Pendidikan Karakter dan kelas kontrol dengan pembelajaran Konvensional. Diakhir penelitian pada kedua kelas diberikan postes untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan perhitungan diperoleh rata-rata pretes, postes, simpangan baku seperti pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Eksperimen,
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
SD SD SD SD
29,25 9,02 79,5 5,28 28,125 8,29 67,25 6,40
Berdasarkan tabel 1.1, diperoleh rata-rata nilai pre-test untuk kelas eksperimen sebesar 29,25 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah yaitu 10 dengan standar deviasinya yaitu 9,02. Sedangkan untuk nilai post-test dipeoleh rata-rata sebesar 79,5 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah yaitu 65 serta standar deviasi sebesar 5,28.
Sementara rata-rata nilai pre-test untuk kelas kontrol yaitu 28,125 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah adalah 10 serta standar deviasinya sebesar 8,29. Sedangkan untuk nilai post-test diperoleh rata-rata nilai yaitu sebesar 67,25 dengan skor tertinggi adalah 80 dan nilai terendah yaitu 50 serta standar deviasinya sebesar 6,40.
1.2. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui apakah data pre-tes dan post-tes kelas Eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Chi-Kuadrat pada taraf nyata α = 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas pada data pre-tes dan post-ter pada kedua kelas diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1.2. Uji normalitas data pre-tes dan post-tes
Kelas Sumber Data X2Hitung X2Tabel α Keterangan
Eksperimen Pre-Tes 9,928 11,07 0,05 Distribusi Normal
Post-Tes 5,571 11,07 0,05 Distribusi Normal
Kontrol Pre-Tes 8,614 11,07 0,05 Distribusi Normal
Post-Tes 9,742 11,07 0,05 Distribusi Normal
Berdasakan tabel 1.2 disimpulkan bahwa:
Uji normalitas data hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh X2hitung untuk pre-test 9,928 dan X2hitung untuk post-test 5,571. Dengan mengambil taraf nyata α = 0,05 dan dk = 5 adalah 11,07, dari data terlihat harga Chi Kuadrat (X2hitung) < harga Chi Kuadrat (X2tabel) maka dapat disimpulkan data hasil belajar kimia siswa berdistribusi normal.
Uji normalitas data nilai hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh X2hitung untuk pre-test 8,614 dan X2hitung untuk post-test 9,742. Dengan mengambil taraf nyata α = 0,05 dan dk = 5 adalah 11,07, dari data terlihat harga Chi Kuadrat (X2hitung) < harga Chi Kuadrat (X2tabel) maka dapat disimpulkan data hasil belajar kimia siswa berdistribusi normal.
1.3. Uji Homogenitas
Untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang homogen digunakan uji kesamaan dua varians. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh data seperti yang dinyatakan dalam tabel 1.3.
Tabel 1.3 Uji homogenitas
Kelas S2 Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen 81,36 1,18 1,795 Data Homogen
Kontrol 68,72
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Fhitung < Ftabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen.
1.4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini seperti dikemukakan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
Ha = Hasil belajar siswa dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter.
Ho = Hasil belajar siswa dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter tidak lebih tinggi dari pada pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter.
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t satu pihak dengan menggunakan data gain ternormalisasi. Ha diterima jika thitung > ttabel,pada taraf α = 0,05 dan dk = (n1 + n2- 2). Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa thitung = 5,56 sedangkan ttabel = 1,6671. Dengan demikian thitung > ttabel , sehingga H0 ditolak. Artinya hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran learning cycle Terintegrasi Pendidikan Karakter lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter pada materi Kesetimbangan kimia.
1.5. Uji Korelasi (R) Hasil Belajar dengan Nilai Karakter Siswa
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur seberapa besar erat hubungan antara dua variabel. Untuk menghitung koefisien korelasi antara variabel X dengan Y dapat digunakan rumus Product Moment, maka diperoleh data pada tabel 1.5 :
Tabel 1.5 Korelasi Nilai Hasil Belajr Dengan Nilai Karakter
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen 0,55 0, 312 korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa
Kontrol 0,7 0, 312
1. Kelas Eksperimen
Dengan data observasi maka diperoleh rhit = 0,55 , sedangkan rtabel pada α = 0,05 (N=40) adalah sebesar 0,312. Karena rhit > rtabel maka ada korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa pada model Learning Cycle.
2. Kelas Kontrol
Dengan data observasi maka diperoleh rhit = 0,7 , sedangkan rtabel pada α = 0,05 (N=40) adalah sebesar 0,312. Karena rhit > rtabel maka ada korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa pada metode konvensional.
1.6. Peningkatan hasil Belajar
Berdasarkan perhitungan gain ternormalisasi pada kelas sampel disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen masuk kedalam kategori gain tinggi (g=70), pada kelas kontrol disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen masuk kedalam kategori gain sedang (g=0,54). Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas kontrol, dimana peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 70% dan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 54%. Maka besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sebesar 16%.
2. Pembahasan
Hasil peneliti ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter di SMA N 2 Lubuk Pakam kelas XI IPA pada pokok bahasan kesetimbangan kimia.
Pada analisis data awal sebelum diberikan pengajaran melalui tahapan kepada kedua sampel diperoleh rata-rata pretes (kemampuan awal) siswa kelas ekperimen sebesar 1170±29,25 sedangkan untuk siswa kelas kontrol sebelum materi diajarkan diperoleh rata-rata pretes (kemampuan awal) sebesar 1125±28,125. Berdasarkan rata-rata pretes siswa kedua kels menunjukkan bahwa kedua data tersebut adalah terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama yaitu pengetahuan awal yang sama.
Selanjutnya setelah diketahui kemampuan awal siswa, maka diberikan perlakukan yang berbeda yaitu untuk kelas eksperimen melalui penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter sedangkan untuk kelas kontrol melalui penerapan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter. Hasil penelitian untuk hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata postest sebesar 3180±79,5 sedangkan data hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh rata-rata postest sebesar 2690±67,25. Sedangkan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dalam setiap kelas sampel yaitu dengan menggunakan data gain ternormalisasi. Dimana rata-rata gain diperoleh persen peningkatan hasil belajar kimia kelas eksperimen adalah sebesar 70% sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 54%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter siswa dibimbing untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya untuk memperoleh pengetahuan baru, merasa termotivasi untuk belajar karena siswa dilibatkan secara aktif pada proses belajar.
Hasil pengujian diperkuat dengan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisa statistik. Dari pengujian statistik dilakukan dengan uji t satu pihak kanan. Pengujian hipotesis diperoleh bahwa thitung = 5,56 dan harga ttabel = 1,6671 (thitung > ttabel) pada α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahsan kesetimbangan kimia dikelas XI SMA Negeri 2 Lubuk Pakam T.A. 2011/2012.
Hasil belajar kimia siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter meningkat dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa dengan pembelajaran konvensional, dimana peningkatannya sebesar 16%. Kegiatan pembelajaran pada fase-fase model learning cycle (5 fase) membuat kelas menjadi aktif. Siswa mengolah informasi pada fase eksporasi dengan membaca materi yang diberikan kemudian menjawab pertanyaan dalam lembar kerja yang diberikan. Adanya lemabar kerja ini dapat membantu siswa mengarahkan perhatiannya pada penemuan konsep dari materi yang dipelajari sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan evaluasi.
Berbeda dengan pembelajaran konvensional, meskipun guru dapat dengan mudah menguasai kelas dan dapat merangkum atau menjelaskan pokok-pokok materi penting dalam waktu singkat, akan tetapi siswa akan menjadi pasif. Siswa akan mendengar dan bertumpu pada apa yang diucapkan guru serta ada siswa yang tidak mendengar atau menyimak guru dengan baik. Hal-hal ini dapat ditemukan selama berlangsungnya pelajaran yaitu siswa tidak belajar aktif, motivasi belajarnya kurang. Apalagi saat diberi contoh atau permasalahan baru, mereka bingung dan seolah-olah sulit mengembangkan teori dengan contoh yang diberikan. Akibatnya hasil belajar yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui pembelajaran learning cycle.
Observasi karakter siswa yang akan diterapakan pada model pembelajaran learning cycle hanya dibatasi pada tujuh nilai karakter yaitu disiplin, kepedulian, kerjasama, kejujuran, tanggungjawab, ketelitian dan keaktifan siswa. Ketujuh nilai karakter ini akan diterapakan pada saat pembelajaran dengan model learning cycle yang mempunyai tahap-tahap pembelajaran yaitu engagement, exploration, explanation,elaborasi dan evaluasi.
Pada fase engagement (pembangkit minat) nilai karakter yang akan dibentuk pada saat proses belajar mengajar yaitu kepedulian dan kedisiplinan pada saat siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi, kemudian keaktifan siswa ketika guru berinteraksi kepada siswa dalam proses tanya jawab. Pada fase explaration (penjelajahan) nilai karakter yang terbentuk yaitu kerjasama, kejujuran dan ketelitian siswa pada saat siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dan juga kedisiplinan siswa agar tidak ribut ketika diskusi kelompok. Pada fase explanation (penjelasan) nilai karakter yang terbentuk disini adalah tanggungjawab dan kerjasama siswa ketika mempersentasikan hasil diskusi mereka kedepan kelas dan juga kedisiplinan semua siswa selama fase explanation ini, selain itu nilai keaktifan siswa juga akan terbentuk pada fase ini karana adanya tanya jawab dan silang pendapat antara kelampok yang persentasi dengan kelompok lain sehingga adanya interaksi antar siswa. Pada fase elaborasi (perluasan) nilai karakter yang terbentuk adalah kepedulian siswa ketika guru menjelaskan mengenai kesimpulan diskusi dan juga keaktifan siswa ketika guru berinteraksi dengan siswa ketika tanya jawab mengenai kesimpulan hasil diskusi. Pada fase yang terakhir yaitu fase evaluasi (penilaian) nilai karakter yang dibentuk disini adalah kejujuran siswa ketika mengajakan ujian tertulis (post tes) dan juga tanggungjawab siswa untuk dapat menyelesaikan soal serta kedisiplinan siswa pada saat ujian.
Pada hasil observasi pengamatan karakter siswa dalam model learning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada kelas eksperimen, nilai karakter siswa lebih tinggi dari pada nilai karaker siswa dikelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas belajar siswa dengan model learning cycle terlihat lebih aktif dan terarah dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat dikatakan bahwa pengaruh penggunaan Model Pembelajara Learning Cycle terintegrasi pendidikan karakter terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 lubukpakam tergolong baik karena dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil hasil analisis data yang dilakukan pada bagian diatas, maka berikut ini diambil beberapa kesimpulan dan saran penelitian antara lain:
1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter di SMA N 2 Lubuk Pakam kelas XI IPA pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung > ttabel pada taraf signifikan α = 0,05.
2. Berdasarkan data gain ternormalisasi, besar peningkatan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter adalah 70% dan peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional adalah 54%. Jadi, terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang signifikan antara pembelajaran learning cycle dengan pembelajaran konvensional. Besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa adalah 16%.
3. Hubungan nilai hasil belajar siswa dengan nilai karakter siswa pada model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter ada korelasi positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat hari nilai rhit > rtabel pada α = 0,05
4. Diasarankan agar bagi calon guru sebelum proses mengajar dilakukan, harus mengetahui penguasaan siswa terhadap materi-materi prasyarat dari suatu topik yang akan diajarkan, karena pengetahuan siswa sebelumnya sangat menentukan keberhasilan siswa memahami materi baru yang akan diajarkan.
5. Diasarankan agar bagi guru yang ingin menerapkan model pembelajaran learning cycle dapat menggunakan waktu sesuai yang sudah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena ada lima tahap learning cycle yang harus dilaksanakan.
6. Diasarankan agar kepada peneliti lain yang akan meneliti penelitian ini dengan pokok bahasan yang berbeda agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Dasar – Dasar evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumu Aksara, Jakarta.
Arsyad, A., (2010), Media Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Budiningsih, Asri, (2005), Belajar dan pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Dalyono, M., (2009), Psikologi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Fajaroh, F., dan Dasna,I.W.,(2008), Pembelajaran Dengan Siklus Belajar (Learning Cycle), http://lubisgrafura.wordpress.com/ (diakses 10 Mai 2011)
Handoko, (2010), Efektifitas Model Mengajar Learning Cycle Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, (2009), Konsep Strategi Pembelajaran, Penerbit Refika aditama, Bandung
Himayanti, (2010), Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Zat Aditif Makanan., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hasan, Muhamad, (2008). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Energi Gerak Di Kelas Iii Sd Negeri I Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon, http://kd-sumedang.upi.edu/berkas/proposal/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20KONSTRUKTIVISME%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20PEMAHAMAN%20SISWA%20%20MENGENAI%20ENERGI%20GERAK%20DI%20KELAS%20III%20SD%20NEGERI%20I%20CILENGKRANGGIRANG%20KECAMATAN%20PASALEMAN%20KABUPATEN%20CIREBON.pdf
Jihad, A. dan Haris, A., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yokyakarta.
Melizar, (2006), Penggunaan Model Learning Cycle Secara Efektif Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Termokimia., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Mulyasa,E., (2007), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung
Prayitno dan Belferik Manullang, (2010), Pendidikan Karakter Dalam Membangun Bangsa, Penerbit Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan.
Purba, Michael, (2006), Kimia Untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
Rustam dkk, (2004), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas (Direktorat Pembinaan TKKPT
Silitonga, P.M., (2011), Statistik: Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, Graha Ilmu, Yokyakarta.
Sudjana, (2005), Metode Satistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suprijono, Agus, (2009), Cooperative Learning: teoti dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Wena,M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta
Wibowo, Agus, (2012), Pendidikan Karakter Srategi Membangun Bangsa Berperadapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Syah, Muhibin, (2009), Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Suyanti, Retno., (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Penerbit Graha Ilmu, Yokyakarta.
HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN
KESETIMBANGAN KIMIA DI SMA
Hamela Sari Sitompul
Juruasan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl.Willem Iskandar Psr V Medan, Sumatra Utara
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter memberikan pengaruh lebih tinggi terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Lubuk Pakam yang terdiri atas 3 kelas. Pengambilan sampel penelitian diambil secara purposif yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter dan pada kelas kontrol diberi pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil uji persyaratan data, diketahui bahwa baik data hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varians yang seragam (homogen). Berdasarkan data gain ternormalisasi, besar peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter adalah 70% dan peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional adalah 54%. Besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa adalah 16%. Hasil pengujian hipotesis, diperoleh thitung > ttabel dengan menggunakan uji t pihak kanan yaitu 5,56> 1,6671 pada taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dimana Hubungan nilai hasil belajar siswa dengan nilai karakter siswa pada model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter ada korelasi positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rhit>rtabel pada α = 0,05 dan juga dapat dilihat dari nilai karakter siswa yang tinggi dan nilai hasil belajar siswa juga tinggi. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa rendah.
Kata Kunci : Pendidikan Karakter, IPA, MIPA Unimed
BAB I
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun. Untuk keperluan pembangunan ini, maka disamping diperlukan sumber daya modal, diperlukan juga sumber daya manusia yang berkualitas untuk keperluan pembangunan. Upaya untuk menciptakan dan meningkatkan sumber daya tersebut melalui pendidikan.
Sasaran utama pendidikan adalah memandirikan atau memberdayakan guru dan siswa semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensi siswa tersebut sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan disegala aspek kehidupan manusia. Sistem Pendidikan Nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006).
Fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai-nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Kehidupan yang lurus mengikuti kaidah-kaidah nilai dan norma tersebut terarah kepada kondisi kesejahteraan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat adalah kehidupan yang berkarakter. Dalam kenyataannya, kehidupan yang seharusnya lurus berkarakter itu sering kali diwarnai oleh suasana yang justru menimbulkan pertanyaan tentang implementasi prilaku yang berkarakter. Dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, disekolah dan di masyarakat; korupsi dianggap menjadi budaya; pelanggaran dan kenakalan remaja merajalela; menyontek dalam ujian dianggap wajar dan bahkan perlu dilakukan; dan lain-lain yang semuanya itu tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan berkarakter sebagaimana dikehendaki. Memperlihatkan kenyataan yang terjadi itu, prilaku berkarakter agaknya tidak cukup diwakili dengan istilah pintar, sopan atau bermoral saja. Pambangunan karakter-cerdas itu dilakukan melalui pendidikan dengan proses pembelajaran yang menanamkan dan menempatkan kaidah-kaidah atau nilai -nilai karakter dan kecerdasan sebagai satu kesatuan dalam kadar yang tinggi dan konsisten. Proses pembelajaran sebagai wujud upaya pendidikan, yang diselenggarakan oleh para pendidik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dikehendaki mengoptimalisasikan upaya pendidikan karakter. (Prayitno,2010)
Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari UAN yang telah lewat beberapa waktu lalu. Sesuai PP 19/2005, UAN adalah indikator kelulusan. Passing grade ditetapkan, tapi sarana, prasarana, dan sumber daya belum terkondisikan. Begitu hasil tidak memuaskan, segala cara dilakukan agar murid lulus, bukan dengan introspeksi. Di sisi lain, kualitas pendidikan memang sedemikian rendahnya tercermin dari nilai dan hasil belajar siswa yang masih jauh diharapkan. Dengan passing grade yang cukup rendah dibandingkan dengan Negara tetangga, masih banyak juga yang tidak lulus dan yang lebih menyedihkan lagi, standart kelulusan itu (standart kelulusan tahun 2010 adalah 5,50 permata pelajaran) dinilai masih terlalu tinggi oleh sebagian orang. (guru kimia)
Permasalahan diatas tidak terlepas dari masalah masih lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini khususnya pembelajaran kimia yang kurang mencerminkan suatu proses yang di sebut dengan belajar bermakna. Guru masih cenderung memberikan pembelajaran kimia dengan ceramah, mengajak siswa untuk membaca bahan ajar, dan menghafal konsep – konsep kimia. Kondisi seperti ini akan menyebabkan pelajaraan kimia menjadi tidak menarik, tidak disenangi, dan dengan sendirinya pelajaran kimia akan terasa sangat sulit yang akhirnya akan berdampak pada penurunan prestasi belajar dari siswa.
Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA). Mata pelajaran kimia sarat dengan konsep, dari konsep sederhana hingga konsep yang kompleks dan abstrak, sehingga diperlukan pemahaman yang benar terhadap mata pelajaran kimia tersebut. Salah satu mata pelajaran kimia di SMA adalah Kesetimbangan kimia. Mata pelajaran ini memiliki karakteristik yang sarat dengan konsep, dan perhitungan. Pembelajaran Kesetimbangan kimia umumnya dilakukan dengan metode ceramah sehingga siswa cenderung menghafal, akibatnya pelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan.
Kesetimbangan kimia adalah salah satu pokok bahasan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran karena pada pokok bahsan ini berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Untuk itu pokok bahasan kesetimbangan kimiadiharapkan sesuai bila menggunakan model pembelajaran Learning Cycle. Sehingga diharapkan siswa lebih tertarik mempelajari materi ini dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), berupa rangkaian tahap – tahap kegiatan (5 fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi – kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Fajaroh : 2008). Dalam proses pembelajaran learning cycle setiap fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi.
Beberapa penelitian dengan menggunakan model pembelajaran siklus (Learning Cycle) telah dilakukan dan dapt memberikan hasil yang lebih baik dari pada menggunakan cara konvensional. Melizar (2006) menyatakan bahwa Penggunaan model Learning Cycle secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan termokimia sebesar 17.81%. Handoko (2010) menyatakan bahwa “Efektifitas model mengajar Learning Cycle dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit sebesar 26,56%. Himayanti (2010) menyatakan penerapan model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) dalam upaya meningkatkan hasil belajar zat aditif makanan sebesar 76,1%.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ingin mengetahui bagaimana hasil belajar siswa pada pokok kesetimbangan kimia dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle ini, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tantang seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan kesetimbangan kimia di SMA.
Penelitian ini ditujukan untuk menjawab permasalahan berikut ini : (1). Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran learning cycle (konvensional) pada pokok bahasan kesetimbangan kimia? (2). Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran lerning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan kesetimbangan kimia? (3). Apakah ada hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa?
Tujuan yang hendak dicapai berkaitan dengan pelaksanaan penelitian ini : (1). Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran learning cycle (konvensional) pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (2). Untuk mengetahui persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran lerning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (3). Untuk mengetahui adakah hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa. Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah : (1). Peneliti ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam penerapan model pembelajaran learning cycle 5 Fase pada pelajaran kimia SMA. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. (2). Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran dan menambah pemahaman siswa pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (3). Sebagai alternative dalam mengelola pembelajaran dan dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pembelajaran. (4). Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka instrument yang digunakan sebagai alat pengumpul data yaitu : Tes prestasi belajar yang diberikan setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada pokok bahasan kesetimbangan kimia dan observasi karakter yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian berlangsung pada Minggu ke-1 Desember 2011.
Tes prestasi belajar disusun berdasarkan bentuk pilihan berganda kesetimbangan kimia yang terdapat pada buku-buku kimia kelas XI SMA. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 20 soal mencakup materi kesetimbangan kimia di kelas XI SMA. Observasi karakter siswa yang akan dinilai selama proses pembelajaran pada medel Learning Cycle sebanyak 7 nilai karakter yaitu disiplin, tanggungjawab, kepedulian, kerjasama, kejujuran, keaktifan dan ketelitian .
Setelah pemberian tes prestasi belajar dilakukan, maka hasil jawaban siswa ditarik kembali dan diperiksa untuk mendapatkan nilai keberhasilan belajar kimia atau kemampuan siswa terhadap materi kesetimbangan kimia. Hasil jawaban tes prestasi belajar dengan nilai karakter siswa dari hasil obsevasi dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan akhir.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Lubukpakam tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas dengan tiap kelas berjumlah 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif untuk mengambil kelas kontorol (yang diberi pengajaran menggunakan pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (yang diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran Learning Cycle terintegrasi pendidikana karakter). Hal ini menjadi pertimbangan adalah roster kedua kelas untuk mata pelajaran kimia pada hari dan guru yang sama. Sampel diambil satu kelas untuk kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA-3 dan kelas XI IPA-2 untuk kelas kontrol.
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Data Hasil Penelitian
1.1. Menghitung Rata-rata Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Sebelum kedua kelompok sampel diberikan perlakuan berbeda terlebih dahulu diberikan pretes yang bertujuan untuk menguji homogenitas dan normalitas serta untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal masing – masing siswa kedua kelas. Selanjutnya dilakukan pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle Terintegrasi Pendidikan Karakter dan kelas kontrol dengan pembelajaran Konvensional. Diakhir penelitian pada kedua kelas diberikan postes untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan perhitungan diperoleh rata-rata pretes, postes, simpangan baku seperti pada tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Kelas Eksperimen,
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
SD SD SD SD
29,25 9,02 79,5 5,28 28,125 8,29 67,25 6,40
Berdasarkan tabel 1.1, diperoleh rata-rata nilai pre-test untuk kelas eksperimen sebesar 29,25 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah yaitu 10 dengan standar deviasinya yaitu 9,02. Sedangkan untuk nilai post-test dipeoleh rata-rata sebesar 79,5 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah yaitu 65 serta standar deviasi sebesar 5,28.
Sementara rata-rata nilai pre-test untuk kelas kontrol yaitu 28,125 dengan nilai tertinggi 45 dan nilai terendah adalah 10 serta standar deviasinya sebesar 8,29. Sedangkan untuk nilai post-test diperoleh rata-rata nilai yaitu sebesar 67,25 dengan skor tertinggi adalah 80 dan nilai terendah yaitu 50 serta standar deviasinya sebesar 6,40.
1.2. Uji Normalitas Data
Untuk mengetahui apakah data pre-tes dan post-tes kelas Eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Chi-Kuadrat pada taraf nyata α = 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas pada data pre-tes dan post-ter pada kedua kelas diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1.2. Uji normalitas data pre-tes dan post-tes
Kelas Sumber Data X2Hitung X2Tabel α Keterangan
Eksperimen Pre-Tes 9,928 11,07 0,05 Distribusi Normal
Post-Tes 5,571 11,07 0,05 Distribusi Normal
Kontrol Pre-Tes 8,614 11,07 0,05 Distribusi Normal
Post-Tes 9,742 11,07 0,05 Distribusi Normal
Berdasakan tabel 1.2 disimpulkan bahwa:
Uji normalitas data hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh X2hitung untuk pre-test 9,928 dan X2hitung untuk post-test 5,571. Dengan mengambil taraf nyata α = 0,05 dan dk = 5 adalah 11,07, dari data terlihat harga Chi Kuadrat (X2hitung) < harga Chi Kuadrat (X2tabel) maka dapat disimpulkan data hasil belajar kimia siswa berdistribusi normal.
Uji normalitas data nilai hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh X2hitung untuk pre-test 8,614 dan X2hitung untuk post-test 9,742. Dengan mengambil taraf nyata α = 0,05 dan dk = 5 adalah 11,07, dari data terlihat harga Chi Kuadrat (X2hitung) < harga Chi Kuadrat (X2tabel) maka dapat disimpulkan data hasil belajar kimia siswa berdistribusi normal.
1.3. Uji Homogenitas
Untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang homogen digunakan uji kesamaan dua varians. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh data seperti yang dinyatakan dalam tabel 1.3.
Tabel 1.3 Uji homogenitas
Kelas S2 Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen 81,36 1,18 1,795 Data Homogen
Kontrol 68,72
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa Fhitung < Ftabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen.
1.4. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini seperti dikemukakan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut :
Ha = Hasil belajar siswa dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter.
Ho = Hasil belajar siswa dengan pengajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter tidak lebih tinggi dari pada pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter.
Untuk menguji hipotesis, digunakan uji t satu pihak dengan menggunakan data gain ternormalisasi. Ha diterima jika thitung > ttabel,pada taraf α = 0,05 dan dk = (n1 + n2- 2). Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa thitung = 5,56 sedangkan ttabel = 1,6671. Dengan demikian thitung > ttabel , sehingga H0 ditolak. Artinya hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran learning cycle Terintegrasi Pendidikan Karakter lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajarkan tanpa menggunakan pengajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter pada materi Kesetimbangan kimia.
1.5. Uji Korelasi (R) Hasil Belajar dengan Nilai Karakter Siswa
Analisis korelasi digunakan untuk mengukur seberapa besar erat hubungan antara dua variabel. Untuk menghitung koefisien korelasi antara variabel X dengan Y dapat digunakan rumus Product Moment, maka diperoleh data pada tabel 1.5 :
Tabel 1.5 Korelasi Nilai Hasil Belajr Dengan Nilai Karakter
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen 0,55 0, 312 korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa
Kontrol 0,7 0, 312
1. Kelas Eksperimen
Dengan data observasi maka diperoleh rhit = 0,55 , sedangkan rtabel pada α = 0,05 (N=40) adalah sebesar 0,312. Karena rhit > rtabel maka ada korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa pada model Learning Cycle.
2. Kelas Kontrol
Dengan data observasi maka diperoleh rhit = 0,7 , sedangkan rtabel pada α = 0,05 (N=40) adalah sebesar 0,312. Karena rhit > rtabel maka ada korelasi positif dan signifikan antara nilai karakter siswa dengan nilai hasil belajar siswa pada metode konvensional.
1.6. Peningkatan hasil Belajar
Berdasarkan perhitungan gain ternormalisasi pada kelas sampel disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen masuk kedalam kategori gain tinggi (g=70), pada kelas kontrol disimpulkan bahwa rata-rata kelas eksperimen masuk kedalam kategori gain sedang (g=0,54). Maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari hasil belajar siswa kelas kontrol, dimana peningkatan pada kelas eksperimen sebesar 70% dan peningkatan pada kelas kontrol sebesar 54%. Maka besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah sebesar 16%.
2. Pembahasan
Hasil peneliti ini menunjukkan bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter di SMA N 2 Lubuk Pakam kelas XI IPA pada pokok bahasan kesetimbangan kimia.
Pada analisis data awal sebelum diberikan pengajaran melalui tahapan kepada kedua sampel diperoleh rata-rata pretes (kemampuan awal) siswa kelas ekperimen sebesar 1170±29,25 sedangkan untuk siswa kelas kontrol sebelum materi diajarkan diperoleh rata-rata pretes (kemampuan awal) sebesar 1125±28,125. Berdasarkan rata-rata pretes siswa kedua kels menunjukkan bahwa kedua data tersebut adalah terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama yaitu pengetahuan awal yang sama.
Selanjutnya setelah diketahui kemampuan awal siswa, maka diberikan perlakukan yang berbeda yaitu untuk kelas eksperimen melalui penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter sedangkan untuk kelas kontrol melalui penerapan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter. Hasil penelitian untuk hasil belajar siswa kelas eksperimen diperoleh rata-rata postest sebesar 3180±79,5 sedangkan data hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh rata-rata postest sebesar 2690±67,25. Sedangkan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dalam setiap kelas sampel yaitu dengan menggunakan data gain ternormalisasi. Dimana rata-rata gain diperoleh persen peningkatan hasil belajar kimia kelas eksperimen adalah sebesar 70% sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 54%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter siswa dibimbing untuk mengkonstruksi pengetahuan yang dimilikinya untuk memperoleh pengetahuan baru, merasa termotivasi untuk belajar karena siswa dilibatkan secara aktif pada proses belajar.
Hasil pengujian diperkuat dengan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisa statistik. Dari pengujian statistik dilakukan dengan uji t satu pihak kanan. Pengujian hipotesis diperoleh bahwa thitung = 5,56 dan harga ttabel = 1,6671 (thitung > ttabel) pada α = 0,05 yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional pada pokok bahsan kesetimbangan kimia dikelas XI SMA Negeri 2 Lubuk Pakam T.A. 2011/2012.
Hasil belajar kimia siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter meningkat dibandingkan dengan hasil belajar kimia siswa dengan pembelajaran konvensional, dimana peningkatannya sebesar 16%. Kegiatan pembelajaran pada fase-fase model learning cycle (5 fase) membuat kelas menjadi aktif. Siswa mengolah informasi pada fase eksporasi dengan membaca materi yang diberikan kemudian menjawab pertanyaan dalam lembar kerja yang diberikan. Adanya lemabar kerja ini dapat membantu siswa mengarahkan perhatiannya pada penemuan konsep dari materi yang dipelajari sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut mulai dari perencanaan (terutama perangkat pembelajaran), pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-pertanyaan arahan dan proses pembimbingan), dan evaluasi.
Berbeda dengan pembelajaran konvensional, meskipun guru dapat dengan mudah menguasai kelas dan dapat merangkum atau menjelaskan pokok-pokok materi penting dalam waktu singkat, akan tetapi siswa akan menjadi pasif. Siswa akan mendengar dan bertumpu pada apa yang diucapkan guru serta ada siswa yang tidak mendengar atau menyimak guru dengan baik. Hal-hal ini dapat ditemukan selama berlangsungnya pelajaran yaitu siswa tidak belajar aktif, motivasi belajarnya kurang. Apalagi saat diberi contoh atau permasalahan baru, mereka bingung dan seolah-olah sulit mengembangkan teori dengan contoh yang diberikan. Akibatnya hasil belajar yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan melalui pembelajaran learning cycle.
Observasi karakter siswa yang akan diterapakan pada model pembelajaran learning cycle hanya dibatasi pada tujuh nilai karakter yaitu disiplin, kepedulian, kerjasama, kejujuran, tanggungjawab, ketelitian dan keaktifan siswa. Ketujuh nilai karakter ini akan diterapakan pada saat pembelajaran dengan model learning cycle yang mempunyai tahap-tahap pembelajaran yaitu engagement, exploration, explanation,elaborasi dan evaluasi.
Pada fase engagement (pembangkit minat) nilai karakter yang akan dibentuk pada saat proses belajar mengajar yaitu kepedulian dan kedisiplinan pada saat siswa memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi, kemudian keaktifan siswa ketika guru berinteraksi kepada siswa dalam proses tanya jawab. Pada fase explaration (penjelajahan) nilai karakter yang terbentuk yaitu kerjasama, kejujuran dan ketelitian siswa pada saat siswa secara berkelompok mengerjakan LKS dan juga kedisiplinan siswa agar tidak ribut ketika diskusi kelompok. Pada fase explanation (penjelasan) nilai karakter yang terbentuk disini adalah tanggungjawab dan kerjasama siswa ketika mempersentasikan hasil diskusi mereka kedepan kelas dan juga kedisiplinan semua siswa selama fase explanation ini, selain itu nilai keaktifan siswa juga akan terbentuk pada fase ini karana adanya tanya jawab dan silang pendapat antara kelampok yang persentasi dengan kelompok lain sehingga adanya interaksi antar siswa. Pada fase elaborasi (perluasan) nilai karakter yang terbentuk adalah kepedulian siswa ketika guru menjelaskan mengenai kesimpulan diskusi dan juga keaktifan siswa ketika guru berinteraksi dengan siswa ketika tanya jawab mengenai kesimpulan hasil diskusi. Pada fase yang terakhir yaitu fase evaluasi (penilaian) nilai karakter yang dibentuk disini adalah kejujuran siswa ketika mengajakan ujian tertulis (post tes) dan juga tanggungjawab siswa untuk dapat menyelesaikan soal serta kedisiplinan siswa pada saat ujian.
Pada hasil observasi pengamatan karakter siswa dalam model learning cycle terintegrasi pendidikan karakter pada kelas eksperimen, nilai karakter siswa lebih tinggi dari pada nilai karaker siswa dikelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena aktivitas belajar siswa dengan model learning cycle terlihat lebih aktif dan terarah dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat dikatakan bahwa pengaruh penggunaan Model Pembelajara Learning Cycle terintegrasi pendidikan karakter terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 lubukpakam tergolong baik karena dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil hasil analisis data yang dilakukan pada bagian diatas, maka berikut ini diambil beberapa kesimpulan dan saran penelitian antara lain:
1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter di SMA N 2 Lubuk Pakam kelas XI IPA pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji-t diperoleh thitung > ttabel pada taraf signifikan α = 0,05.
2. Berdasarkan data gain ternormalisasi, besar peningkatan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter adalah 70% dan peningkatan hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional adalah 54%. Jadi, terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang signifikan antara pembelajaran learning cycle dengan pembelajaran konvensional. Besarnya perbedaan peningkatan hasil belajar kimia siswa adalah 16%.
3. Hubungan nilai hasil belajar siswa dengan nilai karakter siswa pada model pembelajaran learning cycle terintegrasi pendidikan karakter ada korelasi positif dan signifikan. Hal ini dapat dilihat hari nilai rhit > rtabel pada α = 0,05
4. Diasarankan agar bagi calon guru sebelum proses mengajar dilakukan, harus mengetahui penguasaan siswa terhadap materi-materi prasyarat dari suatu topik yang akan diajarkan, karena pengetahuan siswa sebelumnya sangat menentukan keberhasilan siswa memahami materi baru yang akan diajarkan.
5. Diasarankan agar bagi guru yang ingin menerapkan model pembelajaran learning cycle dapat menggunakan waktu sesuai yang sudah direncanakan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena ada lima tahap learning cycle yang harus dilaksanakan.
6. Diasarankan agar kepada peneliti lain yang akan meneliti penelitian ini dengan pokok bahasan yang berbeda agar dapat dijadikan sebagai studi perbandingan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pada mata pelajaran kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2006), Dasar – Dasar evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumu Aksara, Jakarta.
Arsyad, A., (2010), Media Pembelajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Budiningsih, Asri, (2005), Belajar dan pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Dalyono, M., (2009), Psikologi Pendidikan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Fajaroh, F., dan Dasna,I.W.,(2008), Pembelajaran Dengan Siklus Belajar (Learning Cycle), http://lubisgrafura.wordpress.com/ (diakses 10 Mai 2011)
Handoko, (2010), Efektifitas Model Mengajar Learning Cycle Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana, (2009), Konsep Strategi Pembelajaran, Penerbit Refika aditama, Bandung
Himayanti, (2010), Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Zat Aditif Makanan., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Hasan, Muhamad, (2008). Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Mengenai Energi Gerak Di Kelas Iii Sd Negeri I Cilengkranggirang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon, http://kd-sumedang.upi.edu/berkas/proposal/PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20KONSTRUKTIVISME%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20PEMAHAMAN%20SISWA%20%20MENGENAI%20ENERGI%20GERAK%20DI%20KELAS%20III%20SD%20NEGERI%20I%20CILENGKRANGGIRANG%20KECAMATAN%20PASALEMAN%20KABUPATEN%20CIREBON.pdf
Jihad, A. dan Haris, A., (2009), Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yokyakarta.
Melizar, (2006), Penggunaan Model Learning Cycle Secara Efektif Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Termokimia., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Mulyasa,E., (2007), Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung
Prayitno dan Belferik Manullang, (2010), Pendidikan Karakter Dalam Membangun Bangsa, Penerbit Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan.
Purba, Michael, (2006), Kimia Untuk SMA Kelas XI, Erlangga, Jakarta.
Rustam dkk, (2004), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas (Direktorat Pembinaan TKKPT
Silitonga, P.M., (2011), Statistik: Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, Graha Ilmu, Yokyakarta.
Sudjana, (2005), Metode Satistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Suprijono, Agus, (2009), Cooperative Learning: teoti dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Wena,M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta
Wibowo, Agus, (2012), Pendidikan Karakter Srategi Membangun Bangsa Berperadapan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Syah, Muhibin, (2009), Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung
Suyanti, Retno., (2010), Strategi Pembelajaran Kimia, Penerbit Graha Ilmu, Yokyakarta.
The Game Bar at the Game Bar at the Game Bar at the Game Bar at
BalasHapusEnjoy a world of casino 안양 출장안마 games and live entertainment at The Game Bar at the Game 광주광역 출장마사지 Bar at the Game Bar at 양산 출장안마 the Game 하남 출장샵 Bar at the Game Bar at the Game 동두천 출장마사지 Bar at the